Untuk kesekian kalinya ,saya bersama keluarga pada tanggal 16 Agustus 2012 melakukan
perjalanan “ritual” pisowanan tahunan pulang kampung alias mudik
ke kota kelahiranku Kudus. Kebetulan saya dan isteri berasal dari
kota yang sama sehingga kegiatan tahunan ini kita lakukan karena
berakar dari kebutuhan menuju kota yang sama.
Walaupun sudah lebih dari sepuluh tahun kegiatan pulang kampung dengan kendaraan pribadi kita jalani bersama akan tetapi tetap saja perlu persiapan-persiapan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya
Jakarta , 27 Agustus 2012
Mengingat bahwa saya
adalah orang “gajian” yang diatur jam kerja nya oleh kantor, maka
waktu mudik biasanya mendekati hari raya ied Fitri , paling cepat H-3
. Melakukan perjalanan mudik diwaktu-waktu tersebut membutuhkan
tantangan yang lebih besar dibanding jauh-jauh hari sebelum hari raya
karena kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat, oleh karena itu
saya selalu mempersipakan mental anak-anak dan isteri untuk menerima
kondisi dan situasi sepanjang perjalanan dengan “legowo” sabar
dan tidak menyesali keadaan yang ada.
Selain itu kesempatan
mudik yang diiringi dengan kemacetan lalu lintas kita sikapi
sekaligus sebagai perjalanan wisata, dilakukan dengan santai dan
tidak terburu-buru ingin sampai ditujuan, syukur-syukur bisa lebih
cepat lebih baik .
Sepanjang perjalanan,
saya gunakan kesempatan bersama keluarga sebagai wahana “pendidikan”
dan “pembelajaran” bagi anak-anakku tercinta dengan menunjukkan
kejadian - kejadian yang ada disekeliling . Pendidikan bisa dimulai
dengan menunjukkan kekuasaan dan keagungan Allah SWT terhadap
keindahan alam ciptaan Nya ketika kita melewati jalan diwilayah
pegunungan sekitar Wanayasa , Kabupaten Subang yang sejuk dan indah
dengan pepohonan yang menghijau , sungai-sungai yang airnya mengalir
deras ataupun sungai-sungai berbatuan yang berasal dari hulu gunung
berapi.
Namun demikian bagi saya
pendidikan yang sangat penting untuk saya berikan kepada anak-anakku
adalah pendidikan budi pekerti manusia. Setiap kali melintas di jalan
raya , kami sekeluarga dapat mengamati polah tingkah berbagai manusia
dalam berlalu lintas. Pengendara kendaraan roda 4 (empat) yang tidak
mematuhi rambu-rambu lalulintas senang main serobot, tidak mau tertib
dalam antrian, saya jelaskan kepada anak-anakku sebagai gambaran
sikap orang-orang yang egois ,mementingkan diri sendiri dan tidak
peduli kepada kepentingan orang lain. Orang-orang semacam ini dalam
kehidupan sehari-hari mungkin juga adalah orang yang tidak mau
berbagi dengan orang lain. .. jangan engkau contoh orang semacam ini
anakku !
Didepan kendaraan kami,
nampak sepeda motor bebek pemudik dengan seorang anak balita yang
duduk dijok diapit kedua orang tua mereka yang berboncengan,
sementara barang-barang bawaanya di letakkan diantara selangkangan
bapak nya yang mengendarai motor, sedangkan barang-barang lain
diikat dibelakang jok motor yang diperpanjang dengan bambu sehingga
dapat mengangkut lebih banyak. Anakku, bersyukurlah engkau, karena
engkau tidak pernah melakukan perjalanan mudik dengan cara seperti
itu. Engkau harus berempati dan menghargai usaha pemudik bermotor
karena mereka telah melakukan perjalanan dengan cara apapun agar
dapat bersilaturahmi sungkem kepada orang tua dikampung. Setelah
setahun penuh menabung bekerja di Jakarta mereka ingin membagi
kebahagiaannya dengan keluarga dikampung halamannya. Suasana mudik
bermotor merupakan saat-saat yang membanggakan dan membahagiakan bagi
mereka, saat – saat mempertontonkan keberhasil an bekerja dan
saat-saat “ euphoria” pembebasan dari rutinitas mencari nafkah
selama 11 (sebelas) bulan di Ibukota.
Mungkin karena saking
bahagianya, dalam mengendarai motor mereka lupa bahwa masih ada
pengguna jalan selain dia, mereka lupa mempedulikan pengendara
kendaraan beroda 4(empat) yang tertib seperti ayahmu Nak ! Main
potong jalan dari kanan kekiri atau dari kiri kekanan, sambil
menyalip memutar “throttle” gas lebar-lebar, sengaja menciptakan
suara menderum mengagetkan . Meskipun demikian Jangan engkau
rendahkan mereka anakku, siapa tahu uang yang mereka kumpulkan dari
setiap tetesan keringat jauh lebih halal dibanding pemudik yang
menggunakan Mitsubishi Pajero atau Toyota Alphard disebelahnya !
Ataupun dari uang ayahmu anakku !!
Melewati pantura memasuki
kota Tegal dengan pemandangan kapal-kapal kayu yang tertambat,
nampak beberapa nelayan yang sedang menurunkan hasil tangkapannya
ditengah panas terik matahari yang menyengat , saya jelaskan kepada
anak-anakku bahwa rezeki manusia telah diatur oleh Allah, ada yang
menjadi nelayan, ada yang menjadi petani dan ada yang seperti bapakmu
Nak menjadi pegawai kantoran ! , akan tetapi satu hal yang mesti
kamu ingat bahwa dalam kehidupan mencari nafkah, yang paling penting
adalah mencari penghasilan dengan cara yang benar , bukan
penghasilan yang diperoleh karena merampas hak orang lain !
penghasilan karena diperoleh dari barang-barang yang diharamkan oleh
Allah, percayalah bahwa Allah adalah maha Rahman dan Rahim , telah
mengatur rezeki semua mahluk yang ada dibumi , jangan takut untuk
tidak kebagian Anakku !!, asalkan engkau tetap bersemangat dan mau
berusaha. Allah tidak akan mengubah nasib seseorang , apabila tidak
ada usaha dari orang itu sendiri. .. camkan kata-kata ayahmu Nak !
Kemacetan bertambah, laju
kendaraan semakin berkurang, nyaris beringsut pelan sepanjang 3
Kilometer, ada apakah gerangan ? Sumber kemacetan ternyata berada
diujung jalan, karena kerumunan orang-orang yang sedang memandangi
“sesuatu” , naudzubillahi min dzalik... ! Seseorang sedang
tergeletak di jalanan, tertutup kertas koran Suara Merdeka sementara
disebelahnya teronggok sepeda motor bebek yang ringsek, masya allah ,
itu adalah motor yang sama yang telah menyalib mobil kita, beberapa
jam lalu dia masih sangat gagah diatas motornya, menderum lincah
bergerak zig-zag, akan tetapi kini dia tidak bisa lagi mengendarai
motor, tidak bisa lagi meneruskan perjalanan mudiknya, subhanallah
maha suci Allah yang begitu perkasa menentukan “nasib” manusia,
betapa kecil nya kita di hadapan Nya, sungguh amat tipis perbedaan
antara kesenangan dengan kesedihan, kebanggaan dengan keterpurukan,
kehidupan dengan kematian.
Subhanallah , perjalanan
ini telah memasuki waktu sholat , mari anakku kita cari masjid
sekalian melepas penat , meskipun kita diberi keringanan untuk
menggabungkan dan meringkas dua waktu sholat , akan tetapi ambillah
kesempatan pertama ketika kamu dapat , jangan engkau tunda-tunda lagi
karena kita semua tidak akan tahu apa yang akan terjadi di waktu
sesudahnya. Mari anakku kita berdoa lagi, senantiasa memohon ampun
kepada sang Khaliq dan juga mendoakan ayahmu supaya di beri
kekuatan dan kesabaran untuk mengendalikan mobil keluarga
semata wayang ini agar dapat meneruskan perjalanan dengan selamat
tanpa membahayakan pengendara lain dan juga tidak diganggu oleh
keberingasan pengendara lain, sehingga engkau dapat segera berjumpa
dengan Eyang Putrimu yang setia menunggu kita. Mudah-mudahan engkau
cepat dewasa Nak, agar dapat berbagi dengan ayah untuk
mengendalikan kendaraan ini kelak di waktu mudik mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar