Kebijakan
infrastruktural pembangunan wilayah dan perkotaan merupakan faktor
dominan yang berpengaruh terhadap perencanaan pemanfaatan ruang dan
unsur pembentuk struktur spasial wilayah /perkotaan. Infrastruktur
yang terbangun akan mempengaruhi dinamika pengembangan
wilayah/perkotaan dalam aspek sosial maupun ekonomi. Kebijakan
infrastruktural selayaknya mempertimbangkan strategi keruangan dan
prasarana wilayah , peran prasarana dalam pembangunan struktur
spasial wilayah terkait dengan sistem dan jaringan kota – kota .
Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran internal dan fungsi
eksternal kota. Peran internal diantaranya, mendorong kemampuan
daerah dalam pengelolaan pembangunan kota, meningkatkan kualitas
lingkungan perkotaan agar layak huni, meningkatkan daya saing kota,
meningkatkan peran swasta dan masyarakat.
KEBIJAKAN INFRASTRUKTUR DALAM UPAYA MEMBERIKAN ARAH DAN MENINGKATKAN LAJU PERKEMBANGAN WILAYAH
Optimalisasi pemanfaatan
ruang kota sebagai arah dan pedoman dalam pengembangan dan
pembangunan kota mengalami perubahan paradigma, yaitu dari skala
keseragaman menuju keberagaman, dari lahan sebagai sekedar wadah
aktifitas menjadi bagian dari investasi dan pemberdayaan kandungan
lokal. Perubahan paradigma ini memberikan konsekuensi logis bagi kota
untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dikandungnya.
Lebih dari itu, diperlukan pengembangan antar kawasan yang bertumpu
pada keselarasan antar sinergisitas dengan wilayah sekitar. Dengan
demikian diharapkan kebijakan tata ruang akan terhindar dari segala
benturan kepentingan ego regional masing-masing wilayah pengembangan.
Kegiatan pembangunan
infrastruktur perkotaan memiliki peran yang sangat signifikan
terhadap keberhasilan pemanfaatan ruang. konsep dasar pembangunan
sarana dan prasarana dasar perkotaan berorientasi pada pemenuhan
pelayanan infrastruktur perkotaan yang mampu mendukung terwujudnya
pola perkembangan kota pantai metropolitan yang aman, tertib, lancar,
asri dan sehat. Implementasi konsep tersebut di atas memiliki
banyak tantangan, hal ini disebabkan karena kondisi infrastruktur
perkotaan yang terbangun telah mengalami penurunan kualitas dan
fungsi yang cukup tajam, sehingga membutuhkan biaya pemeliharaan yang
cukup besar. Disisi lain, kelengkapan infrastruktur yang tersedia masih kurang
dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perkotaan terlebih lagi
bagi masyarakat kota metropolitan. Konsekuensi dari potret
infrastruktur, mengandung dua dimensi kegiatan pembangunan. Dimensi
pertama, adalah pelaksanaan pembangunan baru guna mengejar pemenuhan
kebutuhan selaras dengan perkembangan masyarakat, sedang dimensi
kedua adalah pelaksanaan pemeliharaan infrastruktur yang ada.
Pelaksanaan pembangunan kedua dimensi tersebut memerlukan biaya yang
cukup besar. Untuk menjawab tantangan yang demikian maka diperlukan
prioritas program yang proporsional sehingga dapat menciptakan
infrastruktur yang berdaya dukung pada segala aktifitas perkotaan
secara efektif dan efisien.
Disisi lain, sumber daya
alam merupakan potensi yang dapat memacu percepatan pembangunan,
sebab merupakan sumber daya yang sudah tersedia secara alami. Namun
demikian, kuantitas sumber daya alam yang tersedia sangat berbeda
satu dengan lainnya, di satu sisi ada yang berlimpah sedang yang
lainnya relatif terbatas. Pada sumber daya alam yang relatif
terbatas, perlu kajian yang lebih mendalam untuk pemanfaatannya,
agar dalam pengembangan potensinya masih tetap dalam ambang batas
terciptanya daya dukung lingkungan yang handal.
Potensi
sumber daya alam yang sangat berlimpah ternyata belum dimanfaatkan
secara optimal, contoh sumber daya air, yang karena lemahnya
pengelolaan sumber daya tersebut, belum memberikan
nilai tambah pada masyarakat seperti untuk kebutuhan air bersih,
tetapi justru menjadi masalah yang sangat merepotkan, yaitu dengan
adanya bencana banjir dan rob. Terlepas dari keterbatasan
dana dan kemampuan pengelolaan, sudah sepantasnya masalah sumber daya
air yang berlimpah tersebut diubah sebagai potensi yang menjanjikan
bagi perkembangan kota. Oleh karena itu, konsep pemanfaatan sumber
daya air sebagai primadona pembangunan kota, mulai patut untuk
dikedepankan pada era pembangunan kali ini.
Infrastruktur sebagai
pendukung pemanfaatan ruang dan unsur pembentuk struktur spasial
wilayah
Kebijakan pembangunan permukiman dan prasarana kota diarahkan untuk mendukung kota agar dapat berfungsi optimal sesuai peran dan beban yang diemban sebagai kota metropolitan yang berciri pantai. Lebih dari itu, esensi dari pembangunan ini merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kota yang pada muaranya diharapkan untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat sebagai warga kota pantai metropolitan.
Kebijakan pembangunan permukiman dan prasarana kota diarahkan untuk mendukung kota agar dapat berfungsi optimal sesuai peran dan beban yang diemban sebagai kota metropolitan yang berciri pantai. Lebih dari itu, esensi dari pembangunan ini merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kota yang pada muaranya diharapkan untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat sebagai warga kota pantai metropolitan.
Tujuan
program pembangunan permukiman dan prasarana kota adalah terciptanya
lingkungan permukiman yang sehat, estetis, nyaman dan layak huni.
Sasarannya adalah mewujudkan perumahan yang terjangkau dan layak huni
serta terpenuhi kebutuhan fasilitas sosial yang memadai, seperti
taman, jalan, sanitasi lingkungan, sarana ibadah dan lain-lain.
Sebagai
kota besar yang memiliki visi kota metropolitan, sektor transportasi
memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung fungsi kota.
Untuk itu, transportasi sebagai media pergerakan barang dan jasa,
harus mampu mencerminkan tingkat efisiensi dan efektifitas kota dalam
hal mobilitas dan aksesbilitas kota, baik secara internal maupun
eksternal.
Pembangunan
transportasi diarahkan untuk meningkatkan aksesbilitas dan mobilitas
antar wilayah perkotaan. Muara dari arah kebijakan ini adalah
terwujudnya perimbangan akan pertumbuhan yang harmonis antara
pusat-pusat pertumbuhan dan kawasan permukiman.
Fungsi internal kota:
Fungsi internal kota:
Kebijaksanaan
dan strategi pengembangan perkotaan dimaksudkan untuk meningkatkan
peran internal dan fungsi eksternal kota. Peran internal
diantaranya, mendorong kemampuan daerah dalam pengelolaan pembangunan
kota, meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan agar layak huni,
meningkatkan daya saing kota, meningkatkan peran swasta dan
masyarakat. Perubahan
politik dan sosial di negara kita telah berdampak terhadap proses dan
arah dari perkembangan perkotaan yang dilaksanakan pemerintah. Selain
itu, krisis yang hingga kini belum teratasi telah berdampak pula pada
penurunan kualitas dari pelayanan dan kehidupan perkotaan.
Permasalahan internal yang terjadi diperkotaan kita, semakin sulit
untuk diatasi dalam waktu yang cepat, dengan hadirnya tantangan
globalisasi yang terus berlangsung dan frekwensinya semakin
meningkat. Kondisi demikian itulah - yang menciptakan ketertinggalan
yang cukup besar bagi perkotaan di Indonesia..
Dikatakan,
untuk mengejar ketertinggalan tersebut perlu usaha bersama yang lebih
keras antar pihak terkait di bidangnya, baik aktor-aktor ditingkat
pusat maupun daerah. Untuk mewujudkannya dibutuhkan suatu kebijakan
dan strategi pengembangan perkotaan yang dapat dijadikan acuan dalam
melakukan pembangunan perkotaan. Kebijakan itu dirumuskan untuk
mendukung stakeholders kota dalam mengembangkan kotanya agar mandiri
dan dapat bersaing dengan kota-kota yang ada di Indonesia.
Pengembangan
perkotaan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada tantangan dan
permasalahan seperti, tantangan global berupa persaingan bebas di
forum internasional. Permasalahan internal perkotaan berupa
tranformasi spasial dari pertanian menjadi kawasan budidaya
perkotaan, migrasi penduduk, serta ketidaksiapan infrastruktur
pendukung yang berakibat menurunnya kualitas lingkungan.
“Krisis
ekonomi, sosial dan politik telah memperburuk kondisi perkotaan
dengan rusaknya berbagai fasililtas dan sarana ekonomi,” tegas
dirjen. Adapun masalah utama lainnya adalah meningkatnya
pengangguran, menurunnya daya beli masyarakat meningkatnya kemiskinan
perkotaan serta terbatasnya dana pembangunan/pemeliharaan
infrastruktur perkotaan ditambah lagi dengan tuntutan demokratisasi
yang tinggi yang ditandai dengan lahirnya UU No.22 dan 5/1999.
Fungsi eksternal kota
Fungsi eksternal kota
Fungsi
Eksternal Kota adalah mendorong perkembangan kota untuk mendukung pengembangan
wilayah sector dengan strategi, pertama, mengembangkan Prasarana
Sarana Daerah dan fasilitas lainnya untuk mendukung pengembangan
ekonomi wilayah seperti kota-kota cepat berkembang di Sumatera,
Kalimantan, Jawa dan kota-kota di Indonesia Timur yang ditujukan bagi
pengembangan pariwisata pantai dan sumber daya kelautan. Kedua,
mengembangkan dan menerapkan pendekatan urban-rural linkages
dalam pengembangan kota.
Sejalan
dengan masalah tersebut di atas, maka visi pengembangan kota adalah
“terwujudnya kemampuan kota untuk mengembangkan kawasan perkotaan
yang layak huni, berkeadilan sosial secara berkelanjutan, berkembang
secara berkelanjutan sesuai potensinya, serta saling memperkuat
mewujudkan pengembangan wilayah yang serasi dan seimbang.”
Adapun
misinya antara lain, mendorong kemampuan pemerintah daerah dalam
pengelolaan pembangunan kota sesuai dengan kondisi sosial budaya
lokal. Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana perkotaan dan
mendorong upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan kawasan
perkotaan.
Pentingnya kebijakan dan strategi pengembangan sarana perkotaan:
Perlunya kebijakan-kebijkaan dan strategi sehingga kawasan perkotaan tidak perlu tumbuh ke semua arah dengan kecepatan yang sama. Perkembangan kota mendatang dipengaruhi oleh kebutuhan perkembangan (eksternal) wilayah belakangnya: fungsi dan peran kota. Kebutuhan prasarana perkotaan akan berbeda pada setiap tahap pertumbuhan perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan). Kawasan perkotaan dapat berkembang ke arah jenis kawasan yang berbeda dibandingkan dengan perkembangan sebelumnya: kawasan industri, permukiman, perdagangan, dll. Kebutuhan prasarana setiap kawasan kota bisa berbeda satu sama lain. Tidak setiap bagian kawasan kota memerlukan prioritas yang sama terhadap jenis prasarana kota tertentu.
Perlunya kebijakan-kebijkaan dan strategi sehingga kawasan perkotaan tidak perlu tumbuh ke semua arah dengan kecepatan yang sama. Perkembangan kota mendatang dipengaruhi oleh kebutuhan perkembangan (eksternal) wilayah belakangnya: fungsi dan peran kota. Kebutuhan prasarana perkotaan akan berbeda pada setiap tahap pertumbuhan perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan). Kawasan perkotaan dapat berkembang ke arah jenis kawasan yang berbeda dibandingkan dengan perkembangan sebelumnya: kawasan industri, permukiman, perdagangan, dll. Kebutuhan prasarana setiap kawasan kota bisa berbeda satu sama lain. Tidak setiap bagian kawasan kota memerlukan prioritas yang sama terhadap jenis prasarana kota tertentu.
PROGRAM PEMBANGUNAN
Rehabilitasi, pemeliharaan jalan dan jembatan
Program
ini dimaksudkan guna mengembalikan kualitas jalan yang mengalami
penurunan fungsi sebagai akibat terjadinya kerusakan, sehingga
jaringan jalan yang ada mampu tetap berperan menjadi media mobilitas perkotaan secara optimal. Wujud dari
program ini
dilakukan
dengan kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan baik secara rutin
maupun periodik
Peningkatan jalan dan jembatan
Perkembangan penduduk dan aktifitas kota menuntut pengembangan mobilitas antar wilayah, untuk itu diperlukan peningkatan jaringan jalan dan jembatan yang menghubungkan jalur-jalur strategis sebagai media perkembangan mobilitas perkotaan. Kegiatan dari program ini berupa pembangunan jalan dan jembatan baru maupun yang bersifat peningkatan jalan dan penggantian jembatan.
Pengembangan fasilitas lalu lintas jalan dan simpul transportasi
Kepadatan lalu lintas jalan dalam wilayah perkotaan memerlukan efisiensi dan efektitas pemanfaatan jalan. Sebagai optimalisasi fungsi jalan diperlukan fasilitas lalu lintas, simpul-simpul transportasi secara memadai agar ketertiban, kelancaran dan keamanan para pengguna jalan dapat tercapai. Implementasi program ini dilakukan antara lain melalui pemeliharaan dan penyediaan rambu-rambu lalu lintas, pembangunan dan rehabilitasi terminal angkutan umum.
Peningkatan jalan dan jembatan
Perkembangan penduduk dan aktifitas kota menuntut pengembangan mobilitas antar wilayah, untuk itu diperlukan peningkatan jaringan jalan dan jembatan yang menghubungkan jalur-jalur strategis sebagai media perkembangan mobilitas perkotaan. Kegiatan dari program ini berupa pembangunan jalan dan jembatan baru maupun yang bersifat peningkatan jalan dan penggantian jembatan.
Pengembangan fasilitas lalu lintas jalan dan simpul transportasi
Kepadatan lalu lintas jalan dalam wilayah perkotaan memerlukan efisiensi dan efektitas pemanfaatan jalan. Sebagai optimalisasi fungsi jalan diperlukan fasilitas lalu lintas, simpul-simpul transportasi secara memadai agar ketertiban, kelancaran dan keamanan para pengguna jalan dapat tercapai. Implementasi program ini dilakukan antara lain melalui pemeliharaan dan penyediaan rambu-rambu lalu lintas, pembangunan dan rehabilitasi terminal angkutan umum.
Pengembangan
fasilitas transportasi darat, laut dan udara.
Dalam rangka mewujudkan
Visi Kota Pantai Metropolitan, perlu didukung pengembangan fasilitas
yang memadai baik darat (kereta api), Laut dan Udara. Mengingat
bahwa kewenangan penanganan masalah tersebut sampai saat ini masih
menjadi wewenang Pemerintah Pusat, maka program ini dimaksudkan
untuk mendorong, memfasilitasi, serta melaksanakan kemitraan dalam
pengembangan fasilitas transportasi. Perwujudan program ini melalui
peningkatan prasarana transportasi kota, pembangunan prasarana
transportasi darat, laut dan udara.
Perkembangan kota
menuntut adanya inovasi dan kreasi sistem transportasi sehingga
pelayanan transportasi mampu menjangkau setiap aspek kebutuhan
mobilitas perkotaan, baik secara internal maupun eksternal kota.
Prioritas program ini diarahkan kepada penanganan moda angkutan umum
yang sesuai perkembangan kota. Wujud program ini dilakukan dengan
kegiatan penyusunan pola
umum transportasi kota,
penertiban angkutan umum, penetapan moda transportasi.
Peningkatan pelayanan fasilitas pedestrian.
Peningkatan pelayanan fasilitas pedestrian.
Berkembangnya aktifitas
kota yang cukup pesat berpengaruh pada meningkatnya arus lalu lintas
yang pada akhirnya akan mengurangi keamanan dan kenyamanan bagi
pejalan kaki baik yang melintasi maupun yang berada di tepi jalan
raya. Oleh karena itu program ini dimaksudkan untuk menyediakan
fasilitas pedestrian agar tercapai rasa aman dan nyaman bagi
pejalan kaki khususnya disekitar jalan raya. Salah satu implementasi
program ini melalui kegiatan revitalisasi pedestrian area,
peningkatan kesadaran masyarakat pengguna jalan operasi penertiban
pedestrian.
Penyediaan dan Perbaikan Perumahan dan Pemukiman
Pada dasarnya program penyediaan perumahan dan permukiman lebih banyak dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu, prioritas program yang dilakukan oleh Pemkot diarahkan pada pemenuhan kebutuhan papan masyarakat kurang mampu, baik berupa lahan maupun perumahan yang layak huni dan terjangkau. Sedangkan maksud program perbaikan perumahan dan permukiman ini meliputi dua pendekatan kualitas perumahan serta sarana dan prasarananya. Representasi dari program ini berupa peremajaan perumahan dan permukiman kumuh maupun peningkatan kualitas perumahan dan permukiman masyarakat miskin, penertiban rumah liar.
Penyehatan Lingkungan Permukiman
Infrastruktur perumahan dan permukiman yang ada di masyarakat dalam skala lingkungan, belum bisa dikelola secara penuh oleh masyarakat, oleh karena itu peran pemerintah masih dibutuhkan dalam memberikan stimulan penyediaan dan pemeliharaannya, utamanya pada saluran pematusan, instalasi pengolah air limbah, septiktank komunal dan penyediaan fasilitas MCK umum. Kegiatan program ini meliputi penyehatan lingkungan permukiman dalam arti luas.
Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
Pelayanan air bersih pada prinsipnya dilakukan oleh PDAM, namun dalam realisasinya belum menjangkau seluruh wilayah kota. Hal ini mengakibatkan kebutuhan air bersih sebagian wilayah masih memerlukan perhatian dari unsur teknis pemerintah kota guna melengkapi keterbatasan jangkauan pelayanan oleh PDAM Kota Semarang. Untuk itu progam ini dimaksudkan membantu penyediaan infrastruktur air bersih, bagi masyarakat. Wujud kegiatan program ini adalah penyediaan air bersih dengan menggali potensi sumber-sumber air yang ada disekitar kawasan pelayanan.
Penyediaan dan Perbaikan Perumahan dan Pemukiman
Pada dasarnya program penyediaan perumahan dan permukiman lebih banyak dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu, prioritas program yang dilakukan oleh Pemkot diarahkan pada pemenuhan kebutuhan papan masyarakat kurang mampu, baik berupa lahan maupun perumahan yang layak huni dan terjangkau. Sedangkan maksud program perbaikan perumahan dan permukiman ini meliputi dua pendekatan kualitas perumahan serta sarana dan prasarananya. Representasi dari program ini berupa peremajaan perumahan dan permukiman kumuh maupun peningkatan kualitas perumahan dan permukiman masyarakat miskin, penertiban rumah liar.
Penyehatan Lingkungan Permukiman
Infrastruktur perumahan dan permukiman yang ada di masyarakat dalam skala lingkungan, belum bisa dikelola secara penuh oleh masyarakat, oleh karena itu peran pemerintah masih dibutuhkan dalam memberikan stimulan penyediaan dan pemeliharaannya, utamanya pada saluran pematusan, instalasi pengolah air limbah, septiktank komunal dan penyediaan fasilitas MCK umum. Kegiatan program ini meliputi penyehatan lingkungan permukiman dalam arti luas.
Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
Pelayanan air bersih pada prinsipnya dilakukan oleh PDAM, namun dalam realisasinya belum menjangkau seluruh wilayah kota. Hal ini mengakibatkan kebutuhan air bersih sebagian wilayah masih memerlukan perhatian dari unsur teknis pemerintah kota guna melengkapi keterbatasan jangkauan pelayanan oleh PDAM Kota Semarang. Untuk itu progam ini dimaksudkan membantu penyediaan infrastruktur air bersih, bagi masyarakat. Wujud kegiatan program ini adalah penyediaan air bersih dengan menggali potensi sumber-sumber air yang ada disekitar kawasan pelayanan.
Kebersihan Kota
Aspek kebersihan sebagai salah satu indikator kesehatan lingkungan kota, diperlukan pengelolaan yang terpadu dan simultan. Keterbatasan perangkat kebersihan masih menjadi kendala pemenuhan kebutuhan pelayanan publik. Untuk itu, diperlukan terobosan pengelolaan yang bertumpu pada peran aktif masyarakat dan dunia usaha. Salah satu obsesi pemerintah kota dalam hal kebersihan adalah mengembangkan budaya hidup bersih dan sehat. Perwujudan program ini melalui kegiatan peningkatan pelayanan kebersihan, peningkatan peran dunia usaha & partisipasi masyarakat dalam kebersihan, penyediaan TPS & TPA yang efektif dan efisien.
Penataan pusat niaga dan pedagang kaki lima
Fenomena kehadiran PKL sering kali dihadapkan pada benturan berbagai aspek kepentingan. Untuk itu diperlukan keberpihakan secara proporsional terhadap PKL tanpa mengorbankan aspek lain termasuk didalamnya unsur ketertiban dan estetika kota. Patut dikedepankan dari eksistensi PKL adalah bagaimana mewadahi PKL dalam ruang yang memenuhi aspek tata ruang, produktivitas, estetis dan manusiawi. Disamping itu, pusat – pusat niaga yang tersebar diberbagai kawasan masih perlu untuk dibenahi dalam rangka mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat. Representasi program ini melalui kegiatan penataan PKL, revitalisasi pusat-pusat niaga tradisional.
Revitalisasi kawasan warisan budaya
Banyak peninggalan sejarah yang ada di Kota Semarang baik berupa warisan budaya bangunan maupun prasarana lainnya yang saat ini masih belum optimal dalam pelestarian, pengelolaan maupun pemanfaatanya. Oleh karena itu program ini dimaksudkan untuk melestarikan, mempertahankan serta mengoptimalkan pemanfaatannya agar memberikan nilai tambah yang lebih baik. Kegiatan program ini dilakukan melalui penataan kawasan budaya dan religi, penataan kawasan pariwisata.
Penghijauan, Pertamanan dan Perabot Jalan.
Dalam mewujudkan visi kota pantai metropolitan, daya dukung lahan kota perlu dipertahankan agar dapat memberikan kenyamanan dan mampu menampung segala aktifitas masyarakat kota. Untuk mempertahankan daya dukung lahan kota , maka penghijauan ruang terbuka perlu dikembangkan dan optimalkan untuk meningkatkan resapan air kawasan kota dan pendukung penurunan tingkat polusi udara.Ketersediaan ruang publik telah berkurang akibat dari alih fungsi sebagian ruang publik yang ada.
Untuk itu, program ini dimaksudkan untuk mempertahankan dan memelihara ruang publik yang ada serta memperbanyak ruang publik pada kawasan-kawasan berkembang. Disisi lain, elemen dekorasi kota sebagai kosmetik wajah kota masih diperlukan inovasi dan kreasi, sehingga mampu mewujudkan estetika kota yang dinamis, produktif dan mampu berfungsi sebagai paru-paru kota. Kegiatan program ini meliputi penghijauan kota, pemeliharaan taman kota, penataan dekorasi kota dan pengembangan ruang publik
Aspek kebersihan sebagai salah satu indikator kesehatan lingkungan kota, diperlukan pengelolaan yang terpadu dan simultan. Keterbatasan perangkat kebersihan masih menjadi kendala pemenuhan kebutuhan pelayanan publik. Untuk itu, diperlukan terobosan pengelolaan yang bertumpu pada peran aktif masyarakat dan dunia usaha. Salah satu obsesi pemerintah kota dalam hal kebersihan adalah mengembangkan budaya hidup bersih dan sehat. Perwujudan program ini melalui kegiatan peningkatan pelayanan kebersihan, peningkatan peran dunia usaha & partisipasi masyarakat dalam kebersihan, penyediaan TPS & TPA yang efektif dan efisien.
Penataan pusat niaga dan pedagang kaki lima
Fenomena kehadiran PKL sering kali dihadapkan pada benturan berbagai aspek kepentingan. Untuk itu diperlukan keberpihakan secara proporsional terhadap PKL tanpa mengorbankan aspek lain termasuk didalamnya unsur ketertiban dan estetika kota. Patut dikedepankan dari eksistensi PKL adalah bagaimana mewadahi PKL dalam ruang yang memenuhi aspek tata ruang, produktivitas, estetis dan manusiawi. Disamping itu, pusat – pusat niaga yang tersebar diberbagai kawasan masih perlu untuk dibenahi dalam rangka mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat. Representasi program ini melalui kegiatan penataan PKL, revitalisasi pusat-pusat niaga tradisional.
Revitalisasi kawasan warisan budaya
Banyak peninggalan sejarah yang ada di Kota Semarang baik berupa warisan budaya bangunan maupun prasarana lainnya yang saat ini masih belum optimal dalam pelestarian, pengelolaan maupun pemanfaatanya. Oleh karena itu program ini dimaksudkan untuk melestarikan, mempertahankan serta mengoptimalkan pemanfaatannya agar memberikan nilai tambah yang lebih baik. Kegiatan program ini dilakukan melalui penataan kawasan budaya dan religi, penataan kawasan pariwisata.
Penghijauan, Pertamanan dan Perabot Jalan.
Dalam mewujudkan visi kota pantai metropolitan, daya dukung lahan kota perlu dipertahankan agar dapat memberikan kenyamanan dan mampu menampung segala aktifitas masyarakat kota. Untuk mempertahankan daya dukung lahan kota , maka penghijauan ruang terbuka perlu dikembangkan dan optimalkan untuk meningkatkan resapan air kawasan kota dan pendukung penurunan tingkat polusi udara.Ketersediaan ruang publik telah berkurang akibat dari alih fungsi sebagian ruang publik yang ada.
Untuk itu, program ini dimaksudkan untuk mempertahankan dan memelihara ruang publik yang ada serta memperbanyak ruang publik pada kawasan-kawasan berkembang. Disisi lain, elemen dekorasi kota sebagai kosmetik wajah kota masih diperlukan inovasi dan kreasi, sehingga mampu mewujudkan estetika kota yang dinamis, produktif dan mampu berfungsi sebagai paru-paru kota. Kegiatan program ini meliputi penghijauan kota, pemeliharaan taman kota, penataan dekorasi kota dan pengembangan ruang publik
Salah Satu SisI
Kebijakan Infrastruktural, Pengembangan Wilayah Bodetabek
Pembangunan Kota Jakarta cenderung menjadikannya sebagai kota global dalamskala Asia Tenggara maupun Asia , seperti Tokyo, Singapura, Hongkong , Seoul karena adanya keterkaitan antar kota (urban linkages) sebagai akibat dari faktor pembentuk kota global seperti aliran investasi, informasi, manusia, dan komoditas, yang sangat didorong oleh kemajuan yang mengagumkan dalam bidang teknologi transportasi, informasi, dan produksi, yang tidak mengenal batas-batas negara. Kecenderungan ini tidak dapat dihindari, yang perlu dicermati adalah konsekwensi yang ditimbulkannya baik dampak positif maupun negatif . Kota-kota yang terintegrasi ke dalam sistem global akan berkembang dengan lebih pesat, sementara kota-kota menengah dan kecil serta pusat-pusat perdesaan berkembang jauh lebih lambat, sehingga cenderung menciptakan ketimpangan antarkota (interurban disparity). Kota Jakarta yang terintegrasi ke dalam sistem ekonomi global cenderung terjadi polarisasi sosial-ekonomi terutama antara sektor korporat, yang diisi oleh para manajer dan tenaga-tenaga profesional, dengan sektor-sektor ekonomi lokal termasuk sektor informal, yang sarat dengan buruh setempat. Sementara itu, masyarakat kota pun menjadi lebih heterogen dan majemuk dengan berbagai ikatan kekerabatan primordial, yang sering menyimpan potensi 'konflik' yang besar.
Pembangunan Kota Jakarta cenderung menjadikannya sebagai kota global dalamskala Asia Tenggara maupun Asia , seperti Tokyo, Singapura, Hongkong , Seoul karena adanya keterkaitan antar kota (urban linkages) sebagai akibat dari faktor pembentuk kota global seperti aliran investasi, informasi, manusia, dan komoditas, yang sangat didorong oleh kemajuan yang mengagumkan dalam bidang teknologi transportasi, informasi, dan produksi, yang tidak mengenal batas-batas negara. Kecenderungan ini tidak dapat dihindari, yang perlu dicermati adalah konsekwensi yang ditimbulkannya baik dampak positif maupun negatif . Kota-kota yang terintegrasi ke dalam sistem global akan berkembang dengan lebih pesat, sementara kota-kota menengah dan kecil serta pusat-pusat perdesaan berkembang jauh lebih lambat, sehingga cenderung menciptakan ketimpangan antarkota (interurban disparity). Kota Jakarta yang terintegrasi ke dalam sistem ekonomi global cenderung terjadi polarisasi sosial-ekonomi terutama antara sektor korporat, yang diisi oleh para manajer dan tenaga-tenaga profesional, dengan sektor-sektor ekonomi lokal termasuk sektor informal, yang sarat dengan buruh setempat. Sementara itu, masyarakat kota pun menjadi lebih heterogen dan majemuk dengan berbagai ikatan kekerabatan primordial, yang sering menyimpan potensi 'konflik' yang besar.
Polarisasi
ini dicerminkan pula dalam struktur fisik kota, khususnya perbedaan
kontras dalam lingkungan permukiman, Perubahan-perubahan fungsi
bagian kota dari lingkungan permukiman menjadi lokasi kegiatan
sektor-sektor korporat seperti perbankan, tempat-tempat perbelanjaan
super mal, perkantoran, dan kondominium adalah ciri umum perkembangan
suatu kota global. Dinamika ini juga mendorong transformasi pada
kawasan pinggiran kota (fringe areas), yang semula merupakan
kawasan pertanian berubah fungsi menjadi kawasan industri dan tempat
tinggal, seperti kota-kota baru, dalam waktu singkat.
Kehadiran
suatu kota dengan kegiatan perekonomian berskala global akan menarik
pendatang (migran) untuk 'mengadu nasib'. Kota-kota yang telah
menjadi global cities di negara yang telah maju biasanya
merupakan kota tujuan migrasi internasional, di mana pendatang dari
berbagai bangsa dan ras yang mengisi segmen-segmen pekerjaan tertentu dan menghuni bagian-bagian kota tertentu
pula. Migrasi desa-kota dan berbagai masalah ikutannya tidak dapat
dihindari, sebagai konsekuensi pertumbuhan suatu kota berskala
global.
Kemajuan pembangunan DKI
Jakarta, menyebabkan tumbuhnya wilayah dibelakang Jakarta
(hinterland) karena tuntutan sosial dan ekonomi. Pembangunan
Jakarta menyebabkan terjadinya pembangunan diwilayah Bodetabek
(Bogor , Depok Tangerang dan Bekasi) sebagai wilayah penyangga.
Fakta menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan di
Jakarta menyebabkan aliran urbanisasi yang tidak terelakkan dengan
banyaknya pendatang yang bekerja di Jakarta. Konsekwensinya, banyak
diantara mereka yang memilih tinggal disekitar Jakarta karena lebih
ekonomis dan tetap dapat menjangkau Jakarta karena tersedianya sarana
transpotasi. Perkembangan pemukiman disekitar Jakarta diiringi pula
dengan berkembangnya sarana perekonomian dan sosial seperti pusat
perbelanjaan , pasar, sekolah-sekolah mesjid gereja sehingga dapat
dikatakan tumbuh wilayah perkotaan baru. Dengan
banyaknya pemukiman di wilayah pinggiran Jakarta, mengakibatkan
terjadinya kepadatan moda perpindahan orang dan barang . Kemacetan
lalu lintas pada titik-titik tertentu pada jam kerja dipandang
sebagai indikasi ketidak mampuan daya tampung sarana dan prasarana
transportasi serta pola sebaran aktifitas transportasi yang
menumpuk pada satu waktu. Kebijakan pembangunan pemukiman di wilayah
Bodetabek, sebenarnya sudah diantisipasi dengan konsep kota mandiri
sebagai bentuk usaha distribusi pemerataan aktifitas penghuninya.
Kota Mandiri seperti Kawasan Bumi Serpong Damai, Kawasan Lippo
Cikarang dibangun dengan berbagai fasiltas seperti permukiman ,
perkantoran, sarana ibadah, sekolahan pusat perbelanjaan dengan
harapan penghuninya melakukan semua aktifitas kehidupan dikawasannya
sendiri, akan tetapi kenyataannya banyak diantara mereka bekerja di
Jakarta, sehingga mengakibatkan menumpuknya persoalan kemacetan lalu
lintas karena ketidak mampuan daya tampung parasarana transportasi.
Saat ini terjadi pergeseran ”moda” transportasi yang mana
penghuni kota Jakarta lebih menyukai sepeda motor agar dapat bergerak
lebih lincah didalam kepadatan lalulintas.
Disamping permukiman kota
mandiri yang cenderung mapan, di wllayah Bodetabek terdapat juga
permukiman ”kelas bawah ” , sebagai wujud dari social
disparity dari dampak negatif perkembangan Jakarta. Permukiman
semacam ini mengakibatkan dampak yang lebih komplek terhadap fisik
Kota Jakarta, seperti rentannya kelestarian lingkungan, berkurangnya
sumberdaya alam dan meningkatnya polusi.
PENUTUP
Kebijakan Infrastruktural
harus diikuti dengan strategi keruangan dan prasarana wilayah, peran
prasarana dalam pembangunan struktur spasial wilayah dikaitkan dengan
sistim dan jaringan kota-kota dan kebijakan infrastruktur dalam
arahan spasial pengembangan wilayah untuk menghindari dampak negatif
dari perkembangan wilayah/perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
- Bahan Ajar Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana Tingkat Madya, Bidang Perencanaan Spasial, Pusbindiklatren 2004, Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2005
- Heru Purboyo, Struktur Ruang Wilayah dan Kota, Diklat Perencanaan Tata Ruang , ITB, Bandung 2006
- Djoko Sujarto dan Mochtarram Karyoedi, (2005), Orientasi Dasar Pertimbangan Penyusunan Rencana Pembangunan DKI Jakarta
- Menjakartakan Warga Jakarta, Pemerintah DKI – Yayasan Adhika Karya Generasi 1997
- Politik Kota dan Hak Warga Kota , Penerbit Buku KOMPAS , Jakarta , Maret 2006
- Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, 1999, Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan, Jakarta.
- Tommy Firman , Keterkaitan Antarkota dan Implikasinya, KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar