salam

salam

Jumat, 30 Desember 2011

Kesalehan Ritual dan Kesalehan Sosial, Sebuah Kontemplasi

Apabila kita cermati fenomena kehidupan disekitar kita, patut kiranya untuk direnungkan ketika kita melihat seorang Muslim yang taat melakukan ibadah ritual (saleh secara ritual) seperti telah membaca syahadat, shalat dilakukan dengan baik, puasa Ramadhan dilaksanakan sebulan penuh, zakat ditunaikan sesuai nishab, haji juga dilakukan dengan tatacara manasik yang benar, seluruh rukun iman telah dilakukan sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. . Akan tetapi kesalehan ritual orang ini tidak diiringi dengan kesalehan sosial yang tercermin dalam kehidupannya seperti tidak bisa bermasyarakat dengan baik,

mempunyai kepekaan sosial yang rendah terhadap lingkungan sekitar, cenderung “ hanya “ memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri sendiri, keluarga maupun kelompoknya, ekslusif menutup diri terhadap pergaulan dengan tetangga dan masyarakat sekitar, ataupun sebagai seorang elemen masyarakat mereka tidak amanah dan menjalankan tugas profesinya dengan benar. Apakah gerangan yang salah dengan ini ?
Ada sisi kontradiksi yang mungkin menjadi bahan pertimbangan orang-orang yang “memprioritaskan” berperilaku saleh secara ritual saja , karena banyak hal dalam kehidupan yang termasuk merusak amal seseorang malah didominasi oleh perkara-perkara yang tidak mungkin menghindari interaksi sosial. Kekikiran, mengikuti hawa nafsu dan kebanggaan terhadap diri sendiri ketiganya sangat terkait erat dengan masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan orang lain.
Sedangkan disisi lain orang yang perilakunya baik di masyarakat , baik secara sosial, akan tetapi karena dia tidak memiliki dasar landasan keimanan yang kuat, maka orang tersebut tidak bisa dikatakan mempunyai kesalehan ritual.


Bangsa Jepang dengan semangat restorasi Meiji nya telah berhasil membangun karakter bangsa sedemikian rupa hingga seperti sekarang ini , dengan semangat “gambate” mereka menjadi bangsa yang maju secara fisik dan maju secara budaya. Nilai-nilai tradisional mengiringi nilai-nilai modernisasi tercermin dari perilaku sehari-hari mayoritas masyarakat Jepang, simbol kemajuan dalam bentuk pemanfaatan teknologi digital untuk membantu aktifitas kehidupan tetap diiringi dengan sikap jujur, hormat dan santun , komitmen dan tanggung jawab terhadap profesi maupun lingkungan . “Warung/Toko Kejujuran” yang sedang menjadi “ trend” praktek kejujuran disekolah-sekolah percontohan di Indonesia saat ini , adalah sesuatu yang sudah “usang” bagi masyarakat Jepang, mereka sudah lama mempraktekkan “berjualan “ tanpa penjaga baik disekolah maupun dipusat – pusat keramaian. Etos kerja yang patut diacungi jempol, sikap kesetiaan untuk melayani ala “geisha” maupun kesetiaan untuk melindungi ala “ samurai” merupakan salah satu nilai plus perilaku masyarakat Jepang. Dari fenomena ini nampak jelas bahwa kesalehan sosial dipraktekkan oleh orang -orang Jepang

Lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang Muslim ?
Dalam kondisi ideal kesalehan ritual dan sosial adalah ibarat dua mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Seharusnya kesalehan ritual mampu membuat orang menjadi shaleh sosial dan shaleh sosial muncul karena intensitasnya melakukan ritual. Tidak ada aspek ritual transendental yang lepas dari orientasi sosial. Kesalehan ritual dan sosial harus selalui terintegrasi di manapun dan kapan pun., dalam bahasa agamanya adalah menyinergikan antara habl minallah dan habl minannaas.(H. Ruchani Achmad “Wong Cilik Merindukan Haji”, 2011).
Agama Islam adalah agama satu-satunya di dunia ini yang sempurna, karena tidak hanya mengajarkan hal-hal yang bersifat spiritual, bersifat ibadah maghdhah atau ibadah ritual , hablum minallah saja yaitu mengatur hubungan seorang hamba terhadap penciptanya, tetapi Islam justeru lebih banyak mengajarkan hablum minan naas (hubungan seorang hamba dengan hamba yang lain) ,sesuai dengan profesinya.
Dalam Al – Qur'an sendiri, ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang berbicara tentang ritual ibadah mahdhah, tidak lebih dari 20 %. Sementara 80% dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi s.a.w., justeru berbicara tentang masalah sosial, yang membahas tentang aturan manusia berinteraksi dengan manusia yang lain, dalam berbagai segment dan profesinya (Muchsin Haryanto” Membentuk Kesalehan Ritual dan Sosial”2011).
Nabi Muhammad SAW, memberikan contoh keseimbangan antara 2 kesalehan ini , beliau tidak hanya menghabiskan waktu untuk berzikir saja. Baik pada periode Makkah maupun Madinah, beliau bekerja keras mendakwahkan Islam, membina mental sahabat, membentuk kader, membangun masyarakat, memimpin perang, mengatur strategi, membuat perundingan, dan lain-lain. Konsep ajaran Rosulullah SAW, terbukti bisa menjadi solusi problema kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sebagaimana yang pernah dipraktekkan beliau semasa hidup.

Dalam skala makro kenegaraan, fenomena umat masa kini yang lebih “ miris” adalah praktek berkehidupan dalam berbagai aspek yang mengabaikan konsep kesalehan sosial menurut ajaran Islam, akan tetapi lebih condong kepada ajaran dunia Barat yang anti terhadap Islam.
Dalam bidang ekonomi, kiblat ekonomi kapitalis ala Barat yang jelas-jelas terbukti mengeksploitasi golongan lemah malah menjadi acuan kita, karena khawatir tidak mendapatkan untung besar . Dalam bidang pendidikan, pendidikan Barat yang terbukti berdampak terhadap dekadensi moral dalam keluarga seperti menyebabkan anak tidak hormat kepada orang tua, isteri tidak patuh kepada suami dan lain sebagainya. Juga dalam pergaulan, pergaulan ala Barat-lah yang ditiru, muda mudi dari keluarga muslim terlibat pergaulan bebas yang keluar jauh dari norma-norma Islam. Begitu juga dalam hal politik yang merujuk kepada politik dengan mengatas namakan demokrasi dan kebebasan berekspresi yang mencerminkan interaksi sosial ala Barat.
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar didunia, walaupun sudah merdeka puluhan tahun lalu akan tetapi tetap akan menjadi negara berkembang, dan tidak akan pernah menjadi negara maju padahal kita kaya akan sumberdaya alam, selama kita umat Muslim tidak ikut serta berperan dalam pembangunan bangsa, dengan bersama-sama menyatukan energi melalui kesalehan ritual dan kesalehan sosial

Maha suci Allah yang telah menjadikan manusia beragam, baik dari sisi penampilan fisik maupun tingkah laku, karena semua itu diciptakan sebagai potret nyata pustaka pembelajaran dan cermin bagi manusia untuk berkaca guna menentukan pilihan jalan kehidupan, Iqra... ! Bacalah ayat-ayat Allah yang tersurat dan Ayat-ayat Allah yang tersirat dibalik tanda-tanda alam dalam kampus kehidupan , semata-mata hanya untuk meningkatkan kapabilitas fikir dalam rangka menyempurnakan kualitas iman dan taqwa kepada Allah .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar