salam

salam

Senin, 09 Maret 2015

Jangkrik Tenan .....



Jangkrik.............itu kataku, gara – gara lama bergaul dengan arek-arek Jawa Timuran sewaktu kuliah, lidah ini menjadi doyan rawon, rujak cingur dan “jangkrik”. Ujian bangsa ini tidak pernah selesai, saat era reformasi menjadi titik balik perubahan "demokrasi" bangsa hingga saat ini  ternyata proses "pembelajaran" masih terus berlangsung dan masih belum "lulus". Kebebasan berekspresi sebagai salah satu cerminan demokrasi, menjadi modal kekuatan dan sekaligus kelemahan. Berawal dari hak untuk "bebas" menyatakan pendapat, berimbas pada "bebas" berbuat apa saja,  tanpa mempedulikan apakah perbuatan itu memberikan energi positif untuk mendukung penguatan semua sendi-sendi kehidupan"berbangsa dan bernegara" atau  "hanya" untuk memenuhi kepentingan " ego" saja. Hampir semua lapisan bangsa  merasa "berhak" untuk melakukannya, tak terkecuali para pemimpin yang seharusnya menjadi "motor" penggerak pembangunan,  tuntunan kaum jelata, malahan menjadi aktor drama "teatrikal" yang piawai berakting dalam "kepura-puraan" mengatas namakan kepentingan rakyat,  demi mempertahankan diri dari serangan lawan,
Ironis memang, tapi itulah kenyataan yang terjadi. Membangun demokrasi sebagai alat untuk menuju negara sejahtera yang berkeadilan ternyata membutuhkan luar biasa pengorbanan, terutama pengorbanan perasaan. Dendam kesumat, nafsu serakah, dan nafsu-nafsu buruk lainnya masih saja melekat pada pimpinan negara ini, tak berbeda dengan Kurawa yang ingin mengalahkan Pandawa. Rahwana yang ingin menguasai Dewi Shinta , Jiwa-jiwa Sengkuni masih menguasai sebagian pimpinan bangsa ini , jiwa yang licik untuk mengadu domba, menghasut, “ nabok nyilih tangan”, demi mendapatkan apa yang diinginkan, dengan cara membungkus rapi dalam kemasan “hukum” yang dipajang pada lemari kaca “etalase politik”. Kebanggan “trah” , kebanggan korp, kebanggaan partai, membuat mereka tidak sadar bahwa tahta bukan sebuah prestasi akan tetapi sebuah amanah. 
Diramalkan oleh ahli nujum bahwa akan lahir seorang anak laki-laki yang akan meruntuhkan kekuasaann Firaun, oleh karena itu Firaun takut tahtanya akan hilang , sejak saat itu semua anak laki-laki yang baru lahir harus dimusnahkan dari bumi Mesir. Pada saat Ken Arok ingin menguasai kecamatan Tumapel dari Akuwu Tunggul Ametung, Ken Arok menyusun “politik” nabok nyilih tangan berpura-pura mengabdi di Tumapel, dan meminjamkan keris buatan Mpu Gandring kepada Kebo Ijo sesama teman prajurit pengawal, sehingga semua orang tahu bahwa keris tersebut seolah - olah milik Kebo Ijo. Dengan dalih teman, ken Arok mengajak minum arak Kebo Ijo sampai mabuk, dan mengambil keris buatan Mpu Gandring dari Kebo Ijo untuk membunuh Akuwu Tunggul Ametung. Ketika Akuwu Tunggul Ametung mati dengan keris buatan Mpu Gandring tertancap didadanya, Ken Arok sebagai pengawal mempunyai bukti bahwa Kebo Ijo telah membunuh Akuwu oleh karena itu harus ditangkap dan dihukum mati, Ken Arok dianggap berjasa dan mendapat simpati Ken Dedes yang akhirnya bersedia untuk di nikahi. Dalam perjalanan waktu, Ken Arok pun akhirnya mati karena di bunuh oleh Anusapati, anak tirinya dari Tunggul Ametung. Pengkhianatan , Dendam, hasutan, adu domba, mewarnai sejarah berdirinya kerajaan di Jawa, apakah ini karena kutukan Mpu Gandring ? yang bersumpah bahwa keris buatannya akan terus membunuh hingga 7 orang . Apakah keris itu belum memenuhi kesempurnaan target sesuai kutukan Mpu Gandring? Karena aura dendam kesumat, hasut menghasut masih merajalela di negeri ini.

Pertarungan "politik"  antar elit  pimpinan seakan-akan ulangan sejarah masa lalu, pada masa jaman kerajaan-kerajaan Jawa mulai lahir. Mereka menyuguhkan kepiawaian berakting diatas panggung sandiwara yang ditonton seluruh rakyat Indonesia. Tanpa malu-malu mereka berlindung dibalik kepuraan-puraan, mengatas namakan “hukum” sebagai dalih “kesucian” untuk mempertahankan diri atas perbuatan tidak benar yang mereka lakukan, atau untuk menutupi tindakan menindas orang, semata-mata hanya untuk mengelabui mata rakyat bahwa merekalah yang paling “benar” sementara orang lain salah. Mereka tidak sadar, bahwa kebusukan yang ditutup-tutupi, lambat laun baunya akan tercium , mata hati rakyat jauh lebih tajam. Mereka dengan lantang menyuarakan kebenaran, berbicara atas nama keadilan, hanya demi menjaga martabat , gengsi dan harga diri. Untuk mempertahankan itu semua segala cara mereka lakukan, mulai dari membangun opini publik melalui media-media informasi guna menghancurkan karakter lawan, seperti opini yang dibangun oleh Elliot Carver dalam film James Bond " Tomorrow Never Dies"" yang mengatur suhu politik dunia dengan menciptakan ketegangan hubungan Negara Timur ( Sovyet) – dan negara Barat (Amerika) sesuai kemauannya untuk kepentingan bisnis, merayu-rayu dan menjilat orang-orang yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan konspirasi demi meraih keinginan dan tujuan seperti Brutus, si pembunuh diktator Republik Romawi Julius Caesar lewat konspirasi politiknya padahal si Brutus ini besar dan mendapatkan kekuasaan karena sang Kaisar yang dibunuhnya. , mengorbankan bawahan atas nama perintah untuk melakukan tindakan tidak terpuji seperti Ken Arok yang mengorbankan Kebo Ijo demi merebut Tumapel …............ miris !

Negara kita adalah negara hukum. Artinya segala sesuatu harus ditundukkan di bawah hukum, tanpa ada diskriminasi. Akan tetapi hukum bukanlah segala-galanya, hukum bukanlah suatu tujuan karena hukum itu diciptakan bukanlah semata-mata untuk mengatur, tetapi lebih dari itu untuk mencapai tujuan yang luhur, yakni keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat. Hukum tidak dapat dipisahkan dari aspek moral, bila hukum belum ada secara kongkrit yang mengatur, dan moralitas telah menuntut ditransformasikan, maka moralitas haruslah diutamakan. Kebebasan berekspresi tidak boleh bertentangan dengan moralitas, karena negara kita berfalsafahkan pancasila yang memuat nilai religious, yakni moralitas.
Apakah ini semua merupakan konsekwensi reformasi dan “demokrasi” bangsa yang selama ini dibungkam diam seribu bahasa, akan tetapi sampai kapan? Sudah 15 tahun lebih sejak reformasi digulirkan , panggung Indonesia diwarnai dengan dinamika peran Sengkuni, Brutus, Rahwana, Kurawa, Ken Arok silih berganti . Oleh karena itu, hendaknya para pemimpin sadar, bahwa apapun bisa dipolitisasi, tetapi jelas politisasi yang mengabaikan sisi moralitas tidaklah terhormat.
Pujangga Jawa Jayabaya mengatakan bahwa suatu saat akan datang Jaman Edan, suatu masa dimana yang tidak Edan tidak akan kebagian, mungkinkah saat nya sekarang ini ? Wallahu a'lam.
Kita harus tetap optimis, suatu saat Indonesia akan menjadi negara hebat ! Majulah bangsaku, kibarkan kebanggan merah putih mu

Terakhir, kutipan doa untuk para pemimpin bangsaku,

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ
Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”



اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ.
اِللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَهُ بِطَانَتَهُ ياَ ذَا الْجَلَالِ وَاْلِإكْرَامِ.
Ya Allah! Berilah kemudahan kepada pemimpin kami terhadap perkara yang engkau cintai dan ridhai, baik dari perkataan maupun perbuatan. Wahai Rabb yang Maha hidup dan Maha menjaga.
Ya Allah! Perbaiki juga orang-orang yang ada di sekelilingnya. Wahai Rabb yang memiliki keagungan dan kemuliaan.”


sumber :
  • Kitab Mahabarata
  • Ken Arok Dedes, Pramudya Ananta Tur
  • Achamd Aly MD, http://islamlib.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar