Catatan perjalanan sejarah telah menunjukkan bahwa masyarakat Kudus adalah masyarakat pembelajar , kreatif dan sangat menyukai pendidikan. Terbukti dengan adanya tokoh – tokoh nasional dalam berbagai bidang yang yang berasal dari Kudus. Salah satu tokoh dari Kudus yang terkenal dalam sejarah adalah Syeh Ja’far Shodiq atau yang bergelar Sunan Kudus, beliau merupakan salah satu tokoh Walisongo yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan Kerajaan Demak. Kepiawaiannya dalam berdiplomasi yang dikombinasikan dengan semangat toleransi yang tinggi, menjadikan seorang Ja’far Shodiq sebagai Senopati Panglima Perang Kerajaan Demak dan sekaligus pendakwah ulung dalam penyebaran agama Islam di Kudus. Dengan pendekatan budaya, yang diwujudkan dalam bentuk arsitektur dan seni, beliau berhasil menarik simpati orang-orang Kudus agar bersedia memeluk agama Islam (lihat gambar 1) . Sepak terjang kehidupan Syeh Ja’far Shodiq menunjukkan bahwa beliau menjaga keseimbangan antara kehidupan beragama dan bermasyarakat, oleh karena itu selain sebagai seorang ulama, negarawan, beliau juga membangun jaringan perdagangan dengan orang-orang China.
|
Gambar 1: Masjid Menara Kudus |
Salah satu teman akrabnya bernama Tee Lin Sing atau dikenal sebagai Kyai Telingsing, adalah seorang pedagang sekaligus ulama asal China yang berperan sebagai penasehat Syeh Ja’far Shodiq dalam bidang perdagangan dan perekonomian. Menurut beberapa sumber sejarah, dalam berkehidupan Syeh Ja’far Shodiq mempunyai filsafat hidup Gus Ji Gang, yaitu akronim kepanjanganan dari baGus budi pekertinya, pinter ngaJi dan pinter daGang. Bagus Budi Pekerti mengisyaratkan bahwa masyarakat Kudus adalah masyarakat yang baik tingkah lakunya, santun dalam berkehidupan , Pinter Ngaji tidak hanya diartikan sekedar ngaji dalam pemahaman mengaji Al-Quran namun juga mempunyai konotasi bahwa masyarakat Kudus gemar berpikir melakukan kajian terhadap berbagai sumber-sumber kitab agama yang dapat memperkokoh ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maupun mengkaji referensi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan Pinter Dagang jelas sekali menujukkan bahwa masyarakat Kudus adalah masyarakat yang pandai berdagang, berkiprah dalam kegiatan ekonomi. Tiga hal yang terkandung dalam makna Gus Ji Gang , dapat dijadikan “semangat” bagi warga Kudus sebagai modal untuk membangun intregritas dalam berkehidupan dengan didasari pada prinsip keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat melalui praktek-praktek kegiatan pembangunan ekonomi dan pembangunan pendidikan , guna menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) Kudus yang berkualitas.
Keluarga Kudus Yogyakarta (KKY) adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang dibentuk karena rasa “senasib sepenangungan “ orang Kudus di rantau orang kota Yogyakarta. Mayoritas anggota KKY adalah pelajar dan mahasiswa , mengingat bahwa kota Yogyakarta adalah “magnet” bagi masyarakat Kudus khususnya para pelajar untuk mewujudkan cita cita melanjutkan sekolah. Yogyakarta mempunyai banyak perguruan tinggi yang bagus kualitas nya, dengan berbagai displin ilmu yang beragam, hal ini memungkinkan para pelajar dapat memilih spektrum bidang ilmu yang luas sesuai bakat, kemampuan dan cita-cita. Puluhan kampus yang tersebar diseluruh Yogyakarta, baik kampus besar seperti Universitas Gadjah Mada, maupun kampus-kampus lainnya menjadi tujuan para pelajar seluruh Indonesia dan juga pelajar dari mancanegara untuk menimba ilmu . Iklim kehidupan “belajar” yang mewarnai kehidupan masyarakat Yogyakarta setidak-tidaknya akan berpengaruh terhadap pola pikir seluruh warga pendatang yang bermukim di Yogyakarta, khususnya keluarga besar KKY karena selaras dengan semangat filsafat Syeh Ja’far Shodiq kedua yaitu Pinter Ngaji. Namun demikian gemerlap kota Yogyakarta sebagai ibukota propinsi dan sekaligus sebagai kota wisata dan budaya dengan masyarakat yang multikultural, dapat menjadi godaan tersendiri. Falsafah kehidupan Gus Ji Gang, diharapkan dapat menjadi prinsip moral sebagai benteng untuk menahan gempuran dari godaan kehidupan negatif kota Yogyakarta dan juga sebagai kekuatan untuk membangun semangat yang akan mendorong warga KKY agar sukses merenda kehidupan untuk mencapai tujuan mulia sesuai cita-cita, bermetamorfose menjadi warga Kudus yang berkualitas, manusia dengan kepribadian yang matang bermodalkan falsafah kehidupan mulia warisan Syeh Ja’far Shodiq dan telah ditempa dengan berbagai pengalaman kehidupan kota Yogyakarta. Dimasa depan keluarga besar KKY diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan baik bagi wilayah Kudus maupun bagi Indonesia.
|
Gambar 2: PDRB Kabupaten Kudus |
Sejalan dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap empat yang menekankan pada pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetetif yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing, Kabupaten Kudus sangat berpotensi untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan tersebut tersebut. Kabupaten Kudus merupakan salah satu daerah tingkat dua yang dinilai berhasil pembangunannya, hal ini ditunjukkan oleh salah satu indikator pembangunan yaitu laju Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) pada tahun 2014 sebesar 45,99 Trilyun Rupiah yang mengalami kenaikan sebesar 11,64 % dari tahun sebelumnya (Kudus Dalam Angka 2015, BPS) seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.
Data ini menunjukkan potensi kekuatan perekonomian Kabupaten Kudus, yang mana sektor Industri merupakan penyumbang terbesar, dengan PDRB tahun 2014 atas dasar harga berlaku sebesar 61,3 % persen, diikuti oleh lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,87% persen.
|
Gambar 3: Distribusi PDRB Kabupaten Kudus |
Sedangkan kontribusi dari lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha lainnya masih di bawah 10%, yakni sektor sektor pertanian sebesar 2,66%, sektor jasa 2,95%, sektor keuangan sebesar 2,53%, sektor pengangkutan dan komunikasi 1,46% persen (lihat Gambar 3).
Pertumbuhan ekonomi yang baik, adalah indikasi suksesnya pemeratan pembangunan, peningkatan kesejahteraan penduduk Kabupaten Kudus yang secara tidak langsung menjadi indikasi adanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Kualitas SDM juga menjadi indikator suksesnya pembangunan sebuah wilayah, yang ditandai dengan peningkatan jumlah SDM berpendidikan. Bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya , keberhasilan pembangunan yang dicerminkan dengan Index Pembangunan Sumberdaya Manusia (IPM) menunjukkan bahwa Kudus berada pada peringkat 2 (kedua) , dan masih berada diatas rata-rata Index Pembangunan Sumber Daya Manusia wilayah propinsi Jawa Tengah (lihat Tabel 1).
|
Tabel 1 : IPM Kabupaten Kudus |
Peluang masih terbuka lebar bagi keluarga Besar KKY untuk ikut berpartisipasi dalam membangun Kudus. Berdasarkan data PDRB , sektor Industri menjadi penyumbang terbesar dalam pembangunan, artinya sektor ini menjadi tulang punggung perekonomian Kudus. Industri adalah hilir dari salah satu buah pemikiran hasil falsafah Ji atau Pinter Ngaji, menelaah ilmu pengetahuan dan teknologi , melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan “sesuatu” yang bisa dijual sebagai perwujudan falsafah ketiga yaitu Gang atau Pinter Dagang. Kudus mempunyai potensi Industri yang cukup besar , baik industri besar, sedang dan kecil. Menurut statistik dalam Buku Kudus Dalam Angka 2015, terdapat kecenderungan peningkatan jumlah unit usaha industry, contoh pada tahun 2014 terdapat kenaikan jumlah industry dan nilai produksi sebesar 1(satu) persen. Bila dilihat dari jenisnya, industri rokok atau tembakau masih mendominasi dengan jumlah sebesar 32,5 % dari total industry yang ada, hal ini menunjukkan bahwa ikatan sejarah Kudus sebagai kota kretek dimasa lampau masih belum pudar. PT Djarum Kudus , lahir sebagai perusahaan rokok 3 (tiga) terbesar di Indonesia yang melanjutkan legenda eksistensi Kudus sebagai kota kretek masa kini. Meskipun demikian jenis industri lain nya tidak dapat disepelekan, misalnya diwakili oleh PT Pura Barutama Group dalam bidang teknologi percetakan dan disain grafis mampu menciptakan produk-produk berkelas dunia yang mendapat penghargaan internasional dalam bidang teknologi hologram . PT Polytron, industry elektronik berskala nasional mampu bersaing dengan merek merek internasional lain dalam pasar produk produk elektronik . Tak ketinggalan juga prestasi industry menengah dalam bidang pengolahan makanan, misalnya PT Mubarookfood yang berhasil menembus pasar internasional diantaranya Dubai, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Hongkong, Arab Saudi, Jepang dan beberapa negara lain dengan produk olahan makanan tradisional khas Kudus.
Contoh contoh Industri diatas adalah industry yang mampu bertahan dalam persaingan pasar yang ketat dan keras karena adanya era globalisasi yang mana para pesaing tidak hanya dari Indonesia akan tetapi datang dari seluruh dunia. Agar Industri Kudus mampu bersaing tentu saja harus mempunyai kekuatan daya saing, tidak cukup hanya mengandalkan apa yang sudah ada dan apa yang sudah berjalan seperti yang sudah dilakukan (bussiness as usual) Oleh karena itu, dibutuhkan “Pinter Ngaji” untuk menemukan inovasi inovasi baru baik dalam produk maupun proses. Konsep inovasi menurut Felix Jansen (The Age of Innovation, 2000) secara garis besar mengatakan bahwa inovasi adalah perubahan terhadap 3 (tiga) hal dalam industry yaitu :
- Produk, membuat produk baru berbeda dengan yang sudah ada.
- Proses, membuat proses yang berbeda dalam produksi atau pemasaran sehingga terjadi efisiensi
- Organisasi , organisasi produksi atau pemasaran yang berbeda untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
Dengan melakukan perubahan terhadap 3 (tiga) hal tersebut diatas, diharapkan hasil-hasil inovasi dapat bersaing untuk menembus pasar. Dalam konsep penelitian dan pengembangan (litbang) , inovasi biasanya didahului oleh proses litbang atau dengan kata lain inovasi adalah hilir dari sebuah proses litbang dengan usaha-usaha untuk memastikan agar produk litbang tersebut dapat dimanfaatkan oleh industry, masyarakat atau pengguna secara komersial. Sebagai contoh, dalam industry transportasi kita tidak menyangka akan lahir inovasi dalam proses pemesanan ojek secara On Line yang dipelopori oleh Nadiem L Makarim dengan “Go Jek” nya. Inovasi bergulir terus menerus dan saling susul menyusul dengan lahirnya karya-karya baru yang tidak terduga. Secara sistemik (Tatang A. Taufik, Sistem Inovasi 2000) untuk mewujudkan inovasi dipersyaratkan tiga unsur yang harus berjalan secara sinergi yang dikenal sebagai ABG , yaitu :
- Akademisi (A), yang disumbangkan oleh Sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan olah pikir untuk menemukan hal-hal baru dalam bidang-bidang terkait.
- Bussiness (B), sebagai penerima manfaat temuan hasil olah pikir, penerima ini dapat berupa industry, pengusaha yang bergerak dalam kegiatan ekonomi
- Government(G), Pemerintah yang berperan sebagai intermediator yang bila dibutuhkan dapat menghubungkan antara A dengan B dengan membuat kebijakan, regulasi dan menciptakan iklim industry yang kondusif menguntungkan semua pihak
Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus saat ini telah berusaha memajukan daerah Kudus dan sekitarnya dengan memanfaatkan teknologi sebagai daya ungkit perekonomian daerah. Salah satu contoh adalah pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi jalannya pemerintahan dan pembangunan dengan merintis usaha pembangunan Gerakan Desa Cerdas yaitu penerapan teknologi Informasi pada Organisasi Perangkat Daerah untuk pelayanan publik. Diharapkan dimasa yang akan datang usaha-usaha pemanfaatan teknologi di berbagai bidang dan sektor sektor pembangunan akan terus berjalan, meskipun pemerintahan telah silih berganti.
Keluarga Besar KKY yang lahir dari nilai-nilai kehidupan Gus Ji Gang warisan Syeh Ja’far Shodiq dan terdidik oleh perguruan tinggi berkualitas di Yogyakarta, diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran, tenaga dan kesempatan melalui tiga unsur sistem inovasi tersebut atau minimal dapat memulai memberikan kontribusi dengan berperan sebagai akademisi untuk bekerjasama dengan industry-industri yang sudah ada di Kudus guna meningkatkan pembangunan ekonomi melalui karya karya inovasi. Kapan lagi ? terakhir, mengutip salah satu hadis Rosulullah, Muhammad SAW yang mengatakan bahwa “ Sebaik-baik Manusia Adalah Manusia Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain”
Jakarta, Februari 2018